GELOMBANG cuaca ekstrem kian sering mengguncang bentang alam Indonesia, memaksa warga untuk hidup berdampingan dengan risiko yang terus mengintai setiap musim hujan.
Fenomena hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, dan hujan es yang dulunya dianggap musiman kini berubah menjadi ancaman yang tak menentu, memperlihatkan wajah baru perubahan iklim di negeri kepulauan ini.
Dalam kurun 8–10 Agustus 2025, tiga kabupaten di Sumatera dan Jawa menjadi saksi bisu keganasan cuaca.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Termasuk Lampung, Sebanyak 13 Wilayah Nusantara Berpotensi Dilanda Hujan dengan Intensitas Ringan
Tak Berpotensi Tsunami, Gempa Kekuatan Magnitute 6,2 Guncang Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh
Saat Hujan Melanda Kabupaten Bangka Selatan, Sebanyak 36 Jiwa Terdampak Angin Puting Beliung

SCROLL TO RESUME CONTENT
Cuaca memporakporandakan rumah, fasilitas umum, dan akses transportasi, meninggalkan jejak kerugian materiil serta trauma bagi ribuan warga.
Dari Toba ke Bogor, Jejak Kerusakan Menggurat Peta Cuaca Ekstrem Nusantara
Kabupaten Toba di Sumatera Utara menjadi titik awal rentetan bencana ini, ketika pada Jumat sore angin kencang disertai hujan lebat melanda lima desa di dua kecamatan.
Atap 61 rumah warga terangkat, dua kantor desa porak-poranda, dan pohon tumbang menutup jalan, memutus konektivitas warga dengan pusat aktivitas mereka.
“Cuaca berubah sangat cepat, hujan deras tiba-tiba diikuti angin kencang yang merobohkan pohon besar di depan rumah saya,” tutur J. Sitorus, warga Desa Patane, seperti dikutip dari BPBD Sumatera Utara.
Tak lama berselang, di Kabupaten Karo, hujan es turun bersama angin kencang, merusak 14 rumah di lima desa dan memaksa warga bertahan di dalam rumah di tengah suhu yang tiba-tiba mendingin.
Di sisi lain Pulau Jawa, Kabupaten Bogor digempur hujan intensitas tinggi yang memicu meluapnya sungai dan merendam 352 rumah, memaksa evakuasi menggunakan perahu karet.
Geografi Indonesia Menyimpan Keindahan, Namun Juga Panggung Bagi Cuaca Paling Ganas
Letak geografis Indonesia di garis khatulistiwa membuat negeri ini kaya akan keanekaragaman hayati sekaligus rentan terhadap dinamika atmosfer yang intens.
Pulau-pulau yang dikelilingi laut hangat menjadi sumber energi besar bagi pembentukan awan konvektif yang memicu badai petir, hujan lebat, bahkan hujan es di dataran tinggi.
Fenomena La Niña atau Madden-Julian Oscillation (MJO) kerap memperkuat curah hujan di wilayah tertentu, memperpanjang musim basah yang seharusnya telah usai.
“Perubahan pola iklim global berperan besar dalam meningkatkan intensitas bencana hidrometeorologi di Indonesia,” jelas Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam rilis resmi BMKG.
Baca Juga:
BMKG Prediksi Cuaca pada Saat Pemilihan Umum Rabu 14 Februari 2024, Termasuk di Pulau Sumatera
Mitigasi dan Adaptasi: Antara Infrastruktur Kuat dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Penanggulangan bencana hidrometeorologi tak hanya soal evakuasi ketika bencana tiba, tetapi juga membangun ketahanan sejak jauh hari melalui mitigasi berbasis sains.
Memangkas dahan pohon rapuh, memperkuat atap rumah, memperbaiki saluran drainase, dan menjaga daerah resapan air adalah langkah awal yang efektif mencegah kerugian besar.
BNPB menegaskan bahwa partisipasi aktif warga memantau informasi peringatan dini cuaca dapat menyelamatkan nyawa, terlebih ketika hujan ekstrem datang di luar prediksi musim.
Baca Juga:
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota Besar, Hujan Intensitas Ringan Terjadi di Padang, Jambi, dan Bengkulu.
Termasuk Aceh dan Sumut, BMKG Sebut 14 Daerah Berstatus Waspada Terkait Dampak Hujan di Indonesia
“Kami terus mengimbau masyarakat untuk mengikuti informasi resmi dari kanal pemerintah dan tidak mengabaikan tanda-tanda bahaya di lingkungan sekitar,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data BNPB.
Indonesia Menghadapi Masa Depan Iklim yang Lebih Tidak Pasti, Sains Menjadi Kompasnya
Para klimatolog memprediksi bahwa tanpa pengurangan emisi global dan adaptasi lokal yang kuat, kejadian cuaca ekstrem di Indonesia akan semakin sering dan merusak.
Di satu sisi, kekayaan biodiversitas dan bentang alam Indonesia menuntut kita untuk hidup selaras dengan siklus alam, bukan menentangnya.
Di sisi lain, urbanisasi cepat dan degradasi lingkungan telah memperburuk kerentanan, menciptakan kombinasi berbahaya antara alam dan aktivitas manusia.
Menghadapi tantangan ini, riset atmosfer, konservasi ekosistem, dan penguatan komunitas lokal menjadi kunci agar keindahan negeri ini tetap lestari di tengah badai perubahan.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center