Struktur Baru DPP Gerindra 2025–2030 Tegaskan Arah Politik Prabowo

Loyalis Prabowo mendominasi jajaran elite partai. Ahmad Muzani lengser, Sugiono naik. Apa implikasi politiknya menuju Pilpres dan Pemilu Legislatif 2029?

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 2 Agustus 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden RI Prabowo Subianto. (Facebook.com @Prabowo Subianto)

Presiden RI Prabowo Subianto. (Facebook.com @Prabowo Subianto)

DALAM lanskap politik pasca-Pemilu 2024 yang makin memanas, satu partai tampaknya tak ingin kehilangan arah: Gerindra.

Pada Jumat pagi, 1 Agustus 2025, Prabowo Subianto menandatangani struktur baru Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra periode 2025–2030 di kediamannya, Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang.

Tak seperti formasi sebelumnya yang sempat terbagi kekuatan antara “pendiri” dan “penggerak”, susunan baru ini menunjukkan pola yang sangat jelas: satu garis lurus di bawah Prabowo.

Ia kembali mengambil alih posisi ganda — sebagai Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina.

Yang mengejutkan bukanlah posisi Prabowo, melainkan penunjukan kader-kader utama dalam jabatan strategis.

Sufmi Dasco Ahmad sebagai Ketua Harian, Sugiono sebagai Sekretaris Jenderal, dan Satrio Dimas Adityo sebagai Bendahara Umum.

Semua adalah loyalis. Semua adalah wajah baru dari barisan dalam. Dan semua dipercaya punya satu misi: mengamankan warisan politik Prabowo sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia.

Sinyal Politik: Dari Internal ke Istana

Penunjukan Sugiono sebagai Sekjen menggantikan Ahmad Muzani, yang telah menjabat selama 17 tahun, menjadi sorotan tersendiri.

Sugiono — tokoh militer, elite Gerindra, sekaligus Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Prabowo-Gibran — dikenal sebagai figur teknokrat dengan jaringan global.

Penempatan ini menyiratkan lebih dari sekadar perombakan internal: ini adalah positioning strategis untuk mengintegrasikan Gerindra ke dalam orbit kekuasaan negara.

Sementara itu, Sufmi Dasco Ahmad — Ketua Harian baru yang juga Wakil Ketua DPR sebelumnya — telah lama menjadi tangan kanan Prabowo sejak awal pendirian Gerindra tahun 2008.

“Ini adalah momentum untuk memperkuat soliditas dan mengamankan program-program pemerintahan Presiden Prabowo,” kata Sugiono dalam pernyataan resminya di Jakarta.

Namun dalam dialektika politik Indonesia yang penuh intrik, langkah ini bukan hanya soal soliditas.

Ini juga soal sentralisasi kekuasaan di tubuh partai — sesuatu yang kerap menjadi pemicu friksi dalam sejarah partai modern Indonesia.

Ahmad Muzani Lengser, Tapi Apakah Tersingkir?

Ahmad Muzani memang mengakhiri jabatannya sebagai Sekjen, tapi belum tentu meninggalkan panggung utama.

Selama hampir dua dekade, Muzani menjadi arsitek jaringan partai di lapangan, dari akar rumput hingga parlemen.

Ia dikenal dekat dengan banyak tokoh di luar lingkaran utama Hambalang — termasuk dengan beberapa elite PAN, PKS, dan bahkan partai baru.

Langkah Prabowo menggantikan Muzani bisa dibaca dalam dua cara: sebagai bentuk regenerasi struktural atau sebagai “penyisiran” untuk menghilangkan potensi disonansi menjelang tahun-tahun kritis menuju Pilpres 2029.

Muzani sendiri belum memberikan pernyataan tegas soal masa depannya di partai.

Namun Dasco sempat mengisyaratkan bahwa “beliau akan memberi klarifikasi sendiri.”

Pertanyaannya kini: apakah ini akhir dari era Muzani di Gerindra, atau justru awal dari faksi baru?

Kabinet Prabowo dan Politik Gerindra: Dua Sayap, Satu Tubuh?

Dengan semakin banyaknya kader Gerindra menduduki posisi strategis di kabinet — dari Menteri Pertahanan, Menteri Pertanian, Menteri Luar Negeri hingga jabatan Wakil Menteri — batas antara partai dan negara makin kabur.

Apakah ini pertanda sinergi atau fusi total? Suviono, sebagai diplomat utama Indonesia dan kini Sekjen Partai, akan memainkan dua peran krusial sekaligus.

Menjaga hubungan luar negeri dan mengatur mesin partai dalam negeri. Ini bukan hanya soal beban kerja, tapi juga konsentrasi kekuasaan.

Apakah Gerindra sedang mempersiapkan model “partai-pemerintah” seperti di Tiongkok? Atau ini hanyalah strategi manajemen politik praktis khas Indonesia?

Apa pun jawabannya, tren sentralisasi kekuasaan di tangan segelintir elite partai kini semakin nyata.

Tantangan ke Depan: Gerindra di Antara Loyalitas dan Legitimasi

Soliditas partai memang penting, tapi sejarah membuktikan bahwa partai yang terlalu terpusat rentan stagnasi atau bahkan fragmentasi.

Gerindra kini di persimpangan jalan. Setelah sukses membawa Prabowo ke kursi RI-1, partai ini harus menjawab pertanyaan berikutnya: siapa yang akan melanjutkan estafet?

Apakah struktur 2025–2030 ini adalah transisi ke pemimpin baru atau pengukuhan Prabowoisme sebagai ideologi permanen?

Dengan pemilu legislatif berikutnya akan digelar pada 2029, Gerindra harus lebih dari sekadar “partai penguasa”.

Ia harus tetap relevan secara ide, teruji secara kaderisasi, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Soliditas tanpa regenerasi adalah stagnasi. Dan loyalitas tanpa legitimasi bisa menjadi bumerang dalam jangka panjang.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Arahbisnis.com dan Belanjaoke.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Delapannews.com dan Apakabarindonesia.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Heijakarta.com dan Hallopapua.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Prabowo Kirim Gibran ke Papua, PDI Perjuangan: Ini Baru Serius!
Secarik Ijazah Menjadi Medan Politik yang Absurd di Di Tengah Pusaran Hoaks dan Gugatan Hukum,
Usai Laporkan Roy Suryo dkk Soal Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan
Indonesia Saat Ini Sedang Tidak Baik-baik Saja, Mantan Wapres Ma’ruf Amin: Saya Kira Kita Semua Tahu
Ini Alasan Hidayat Nur Wahid Dukung Penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi Tanggapi Terkait Soal Isu Reshuffle Kabinet Merah Putih
Wacana Pendirian Pangkalan Militer Pihak Asing di Wilayah Indonesia Ditanggapi Politisi PDIP
Mensesneg Terima Aspirasi Mahasiwa: Pemerintah Perjuangkan Pendidikan yang Terjangkau

Berita Terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 09:10

Prabowo Kirim Gibran ke Papua, PDI Perjuangan: Ini Baru Serius!

Sabtu, 17 Mei 2025 - 06:46

Secarik Ijazah Menjadi Medan Politik yang Absurd di Di Tengah Pusaran Hoaks dan Gugatan Hukum,

Selasa, 29 April 2025 - 08:05

Usai Laporkan Roy Suryo dkk Soal Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan

Senin, 21 April 2025 - 13:56

Indonesia Saat Ini Sedang Tidak Baik-baik Saja, Mantan Wapres Ma’ruf Amin: Saya Kira Kita Semua Tahu

Jumat, 18 April 2025 - 06:58

Ini Alasan Hidayat Nur Wahid Dukung Penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Berita Terbaru

Bisnis

Showroom Furniture untuk Hunian Elegan di Kota Medan

Senin, 29 Sep 2025 - 11:52